
Selamat malam, sayang.
Ingin ku sampaikan rahasia angin, sayang ! Di sini sedang terjadi gejala alam. Sepintas kutaksir cuma sekedar kebetulan-kebetulan nyaris sempurna, tapi sebegitu hebatnya hingga tiada ingin kutolak ataupun kuingkari, melainkan kukelola dan kupagari.
Nah, apa kau mengerti maksudku sekarang ? Tadinya, kupikir semua itu akibat dari geseran-geseran ukuran tatanan nilai ku sendiri
Apabila musim itu datang, ...dan aku disibukkan oleh keletihan-keletihan membosankan, tetap kuharapkan bisa menggairahkan diriku, sekaligus belajar membebaskan diri dari cemas perubahan dan kehilangan, menurunkan kadar ketakutan-ketakutan berlebih tentang kerinduan terhadapmu, ... walau suatu saat nanti masih ku yakini hal itu pasti akan hancur binasa kembali.... Inilah yang kupelajari dari perjalanan hidup kita, sayang !...dan sejuta maaf ku sampaikan lagi padamu atas pikiran ku yang begitu “lancang” ini. Tapi tetap harus ku ‘manipulasi’ untuk terus bertahan melanjutkan keinginanmu... menyelesaikan semua yang tersisa...
Sesungguhnya saat ini aku tengah remuk redam. Cara mencuci dan memasak yang kau ajari di penghujung perjumpaan itu membuat aku kembali menggila !. Tapi seperti saranmu, tetap kukurung diriku agar tiada siapapun tahu... sudah tiga hari ini aku tak keluar, tak bertemu siapapun selain yang berkunjung ke bilik kita. Itu tak mungkin aku singkirkan, bukan ? Maafkan jika aku masih tetap ekspresif... kamu sangat tahu tentang itu (jadi kalau info itu bocor terbaca mereka, itu karena watakku).
Teh,...
Kini, aku hanya mau mengumpulkan asa untuk mencukupkan syarat perjumpaan, ...memacu energi untuk berefleksi bagai prisma, dan dari kejauhan ku teriakan lantang sinyal tanda-tandaku; ”Kekasihmu ini telah siaga penuh melepas kefanaan !“. Dan, aku tak akan sibuk lagi mencari penawar, sebab mungkin yang ku tahu... inilah kita... walau aku begitu nakal, kepolosan kita bukan cinta sekedar tapi cinta sebenar. Cinta sunyi tak terdengar !
teramat sangat rindu,
-.Swamimoe.-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar