Selasa, 10 April 2007

Guratan 4




Dear Diar,

Selamat malam,
Tak habis kupikir dan kucatat fenomena, ternyata miring poros bumi memang bukan satu-satunya alasan perubahan cuaca. Alasan akurat lain adalah pengaruh lengkung samar malu-malu yang hilang timbul tersungging saat bertemu (Amboi, teduhnya itu!).
Dan sungguh berhasil dibuatnya, satu tempat sunyi di ruang dadaku, menjadi sedikit lebih hangat untuk beberapa waktu, hingga ada sesuatu yang terus bergerak berproses, memperlebar wilayah harap, .... sambil juga berharap sedikit-banyak terciprat pesonanya meski sedikit. Dan apakah kamu tahu apa yang terjadi saat ini, saat kamu tak ada disini ?

Oo, kasih !

Tahukah kamu, betapa berartinya kamu bagi diriku, dan semakin 'menggila' arti itu saat ini, kala kamu betul-betul tak akan pernah ada lagi disisiku selamanya... Kesadaran itu menguras habis seluruh rasa di ruang pengalaman bathinku... Ternyata, kamu terlalu ...terlalu berharga ! Aku tak dapat menguraikan sempurna keadaanku saat ini... Aku pun tak dapat bercerita dengan siapapun selain kamu... Mata mereka, respon mereka, sikap mereka ...akh ! sungguh aku tak bisa menerimanya ... serasa aku ingin membakar dunia ! Aku sadari sekarang... aku betul-betul sendiri... tiada teman, tiada sahabat, tak ada saudara, tak ada Bunda...bahkan Tuhanpun seakan enggan berbincang, menerima segala keluh kesah !!

Sejujurnya saat menulis surat ini pun aku sedang gemetar. Kurasa getaran bathinku ini mencari muaranya di permukaan fisik. Apalagi tepat sore tadi kala mandi (hampir serupa dengan mandi-mandi di waktu lainnya), air pancuran itu telah mengusapku selembut kamu, sehingga walau mandi usai, percik airnya menggelegakkan dada dan terus mengalir ke mata dan hatiku,...sekumpulan meteorit menghujam ke wajah bumi pujaanmu ini !
Aku kritis, stadium ujung !! Siapa yang tahu ?
Tolonglah aku !!!

Siapa pula yang berani berbuat onar, memporakporanda dan meresahkan seluruh penghuni di rongga dadaku ?? Tiada sesuatupun yang masih utuh rapih di tempatnya !!

Akh.., sudah lah,. sudah dulu ya !!
Ampunkan aku kalau
surat ini harus berhenti di titik nadir kegelisahan. Aku hendak mencari pertanggungjawaban!


Salam paling indah, baik-baiklah kau di sana.
-.Swamimoe.-

Tidak ada komentar: