Kamis, 19 Oktober 2006

MENJELANG KAMU PERGI


langit gulita hujan menyapu basah
matahari sembunyi di lipatan langit,

kilat mencabik-cabik mega

gegar halilintar menghentak sadar

taburan makna tercurah

tapi bumi ku membisu

tak mampu menafsirkannya



saat aku disibukan sangsi...

entah mengapa hatiku resah

maut khianat jantungku disayat

tubuh gelisah air mata tumpah

apa yang terjadi …!?



tak kusadari belahan-jiwaku diintai

menunggu saat yang sesuai

dan maut siap membantai


ketika maut menjemput
ku pacu laju lariku
saat khawatir ku memagut
kehilanganmu aku jauh lebih takut
berbekal kuasa doa yang sejumput,
kupeluk erat kau agar tak bisa direbut


Amboi
maut begitu kuat begitu liat
engkau mulai tersekat mulai sekarat

ku lafaz doa di telingamu
ku bisikkan iklas ku yang sungguh palsu
sematamata agar kau tenang
sesaat itu engkau meregang



Aku tak berdaya
sekejap semua usaha jadi sia-sia,
tangis dan doa tidak lagi bermakna
aku larut dalam kesedihan tanpa air mata


ku saksikan

cintaku direnggut tak terselamatkan

ku saksikan melihatmu terdiam



goyah tegak ku berdiri
di hempas badai tanpa tepi
dapatkah kau menyahutku

bolehkah aku mendengarmu



asa ku lepas
jalan ku kandas
kupeluk erat kamu untuk halangi waktu
mau ku ulangi hari untuk ku perbaiki
dan tempatmu biar ku ganti

“beraninya kau mendahului !”



sungguh aku tak berdaya
tanpa daya tatapan ku ke wajahmu sayu
tapi kau tak pernah se ayu itu
tak habis-habis belaian ku ke rambutmu
yang tumbuh sebuku jemariku
ku rangkul kepalamu dibantalkan lenganku,
ku dekap tubuh lunglaimu
ku peluk ku ciumi ku remas jemarimu
ku harap kau terjaga dari tidurmu
ku ganggu diriku atas segala kepura-puraan
agar tersandar sadarku pada kenyataan



ku remas ujung-ujung jari
ku kemas sisa-sisa mimpi
tak percayaku pada yang terjadi
tapi …
tak urung jua kulihat kau pergi


wahai ….
dimana nirwana itu
adakah tanda yang dijanjikan itu
agar kutemukan cara bersamamu


kini jiwaku dikulum emosi
tak bisa lagi ku sembunyi
menanti mukjizat menipu diri
sungguh kasih,
darah dan nafasku
merindu kamu

biarlah senyumku menari
agar dunia tahu dan mengerti
kematian takkan pernah mengakhiri
kisah kita ini

(di kejauhan sayup kudengar orang bernyanyi)
dalam hidupku, kesendirianku
terpuruk ku di sini menerangi sepi
dan ku tahu pasti
kau menemani


Tidak ada komentar: