
Dear Diar,
Salam kerinduan lagi, sayang…
Sebenarnya aku tengah gelisah karena terlalu lama tak temukan sela atau celah pada dinding-dinding pemisah kita. Aku tau kau menunggunya di lintang bidang sebelah dinding ini. Menatap bidang kosong dan kesunyian.. Aku harap kau beristirahat dengan perasaan tenang.. atau jika kau lakukan hal yang sama denganku, lakukanlah dengan riang dan suka cita.. Bagai sebuah hobby yang tak mementingkan hasil, tetapi menyintai prosesnya, aktivitasnya. Jika Tuhan kehendaki, maka kita akan bertemu juga. Berdoalah dan minta selalu hal itu.
Oh ya, adakah kau terima bingkisan-bingkisan doa dan niat energi kerinduanku yang ku poskan melalui pelepah-pelepah basah kuntum bunga-bunga segar yang ku kirim setiap 2 atau 3 hari sekali ? Aku belum mampu mengirimkan paket-paket besar dengan kontainer anak yatim dan orang jompo. Atau kontainer taman kanak-kanak Islam yang selalu kau rindukan kalau rangkai rajutan impian ini sudah mendekati final. Walau kamu berada dalam daerah penantian di seberang dinding ini, tetap akan ku patri dan kulekatkan kontainer-kontainer itu hingga ia menembus dinding dimensi kita ini. Karena itu tenanglah kamu menanti, dan jangan beranjak jauh dari pintu perpisahan kita itu.
Aku masih gamang dan sibuk mengendalikan kayuh dan layar-layar biduk kehidupan kita tanpamu, teh. Malah kini, menggunakan alat-alat unik asing yang lengkap dengan nilai-nilai baru yang patut ku pelajari untuk tetap mampu melayarkan biduk ini sampai ke tepian dermaga harapan. Tanpamu memang biduk ini terasa sunyi dan lengang. Kelucuan-kelucuan tingkah laku bahtera ini mengarungi gelombang sepi memaksa aku untuk geli dan tertawa sendiri. Entah mentertawakan kehidupan atau mentertawai diri sendiri. Dendang-dendang mu ketika bersenandung mengerjakan sesuatu, tak pernah ku dengar lagi. Tapi nada dan getar suaramu masih kurawakan.. Aku begitu takut, jika getar gelombang itu semakin lama semakin lirih melemah, seperti riak air di danau yang semakin jauh maka semakin menipis.
Sejak beberapa waktu yang lalu, setelah kepergianmu, Eka sering menghubungiku, berbincang dan juga menceritakan tentangmu. Ada juga berapa teman yang tetap setiap ‘menziarahi’ memori-memori tentangmu, tetapi sebagian besar lainnya memang dijebak dengan perangkap dunia dan terali penjara lingkungan. Ya, kenangan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan hari ini…selebihnya kealpaan.

Aku juga menyibak lembaran-lembaran syair langit di mayapada atau catatan-catatan kitab suci. Seperti kata pepatah, alam terkembang jadi guru, maka kita mencoba berguru pada yang Satu. Namun semakin kita mencoba memahami hidup maka semakin jauh kita dari mengerti, serta semakin kecil dan sederhana apa yang kita ketahui. Mungkin, mati adalah proses memahami hidup secara keseluruhan dan sempurna. Agaknya kamu telah lebih dahulu tahu dan memahami hidup secara hakiki. Kalau saja iya, kabari aku segera, dan berikan tanda-tandanya. Ok ? Bravo !!
Butiran embun rindu renyah,
-.Swamimoe.-